Sabtu, 24 Agustus 2013
Muslim di Ingrris semakin Tertekan.
Muslim di Ingrris semakin Tertekan.
Setelah melaksanakan Shalat Isya, Tiga Jemaah Masjid di Birmingham ditusuk seorang pria berusia 32 tahun. Tersangka juga melukai seorang petugas keamanan yang berjaga dilokasi. Ketiga korban saat ini dalam kondisi stabil.
Ketika Muslim menjadi minoritas, intimidasi serta kekerasan kerap kali terjadi, baik dilakukan oleh warga non Muslim hingga pemerintah. Islamfobia, demikian yang terjadi dibeberapa Negara non Muslim dengan jumlah Muslim yang tidak lebih dari setengah persen dari jumlah penduduknya.
Seperti halnya yang terjadi di Inggris. Sejak peristiwa yang menggemparkan Inggris, khususnya warga muslim, sentiment anti Islam terus melonjak naik.
Mei lalu, peristiwa berdarah terjadi di Woolwich, London, Inggris, ketika seorang tentara Inggris tewas bersimbah darah akibat luka gorok yang dideritanya. Penggorokan tersebut terjadi 400 meter dari Royal Barak Altileri, yang merupakan barak tempat korban tinggal.
Pembunuhan yang dilakukan oleh dua orang Muslim Inggris itu kemudian dikenal dengan peristiwa Woolwich. Pelaku yang diduga warga Negara Somalia mengaku tega melakukan pembunuhan dengan alasan banyaknya warga Muslim yang dibantai tiap harinya.
Dalam sebuah video yang direkam oleh pelaku sendiri, pelaku juga mengancam warga Inggris untuk melakukan revormasi Negara mereka yang dianggap telah berperan penting dalam pembantaian muslim di dunia.
“Kami bersumpah, bahwa kami akan terus melawan kalian, kami lakukan ini karena warga muslim meninggal tiap harinya, dan gulingkan pemerintahan kalian,” Ucap pelaku seperti yang ditayangkan ITN, CNN, Liputan6.com.
Pasca kejadian itu, sentiment anti Islam melonjak hingga 10 persen, demikian yang dijelaskan oleh kelompok HAM Inggris. Sebanyak 150 serangan anti Muslim telah terjadi di Inggris.
“Serangan telah terjadi diseluruh penjuru negeri, dan serangan bersifat agresif,” terang Direktur Kelompok HAM Faith Matters, Fiyaz Mughal, dikutip oleh Koran Guardian, analisadaily.net.
Pernyataan serupa juga disampaikan The Independent. Dari hasil riset yang dipublukasikan manyatakan bahwa, peningkatan islmfobia terjadi setelah tragedy Woolwich berlangsung. “Tidak diragukan lagu, penyerangan anti islam itu berlangsung sejak peristiwa Woolwich,” Ungkap Pemimpin riset dari Teesid University, Profesor Nigel Kopsey, seperti yang dilansir Onislam.
Penyerangan banyak terjadi di Masjid-masjid di seluruh Inggris, yang merupakan pusat berkumpulnya Muslim. Berselang dua minggu dari peristiwa Woolwich, dua Masjid menjadi target serangan warga anti Islam.
Masjid pertama yang menjadi sasaran penyerangan dengan ledakan bom terjadi di Masjid Aisha. Masjid yang terletak di Kota Walsall terjadi pertengahan Juni lalu. Tiga minggu stelah ledakan tersebut, ledakan kembali terjadi di Kota Tipton.
Semetara itu, Juli lalu, Kepolisian Antiteror Inggris menemukan bom di luar sebuah Masjid di Wolverhampton, Inggris Tengah. Dari hasil penelitian polisi, indikasi awal bahwa bom seharusnya meledak 28 Juni lalu.
“Serpihan bekas bom dinyatakan aman,” Jelas Polisi, seperti yang dikutip Kompas.com. Akibat kejadian tersebut, Umat Islam yang berada di Masjid tersebut dievakuasi.
Selain penyerangan tempat ibadah Umat Islam di Inggris, Kelompok anti Islam yang disinyalir berasal dari kelompok garis kanan, Liga Pertahanan Inggris juga melakukan serangan individu, dimana perempuan Muslim banyak menjadi korban.
Seorang perempuan Muslim mengalami luka tusuk yang dilakukan seorang laki-laki Inggris,35 tahun. Perempuan berusia 50 tahun itu merupakan tenaga pengajar disekolah minggu dan tengah melakukan pelayanan social di Antiokhia, California.
Setelah menghantar anaknya ke sekolah dan berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan, Jeffry Crimson menusukan sebilah pisau ke tubuh perempuan setengah baya tersebut, beruntung nyawa korban dapat terselamatkan.
Setelah kejadian itu, menurut Ketua Dewan Pusat Islam Antiokhia, Abdul Rahman, kaum perempuan Muslim merasakan trauma dan ketakutan saat berada diluar rumah. Ia juga menyarankan agar para Muslimah mengajak Muhrimnya untuk menemani mereka selama di luar rumah.
“Kami meminta mereka untuk tidak pergi sendiri tanpa pasangan. Bisa bersama saudara atau suaminya,” terang Abdul, Hizbut-tahrir.or.id.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar