Selasa, 28 Januari 2014

Demonstrasi TUrki



Erdogan: CHP Tunggangi Demontrasi Turki

“Protes ini diorganisir oleh unsur-unsur ekstremis. Kami tidak akan menyerahkan apapun kepada teroris. Intelijen kami punya buktinya,” kata Erdogan, dilansir Reuters.
Awal bulan lalu, Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan mendapat protes warganya. Keinginan Erdogan dengan pemerintahannya untuk menebang pohon-pohon di taman Gezi mendapat kecaman dari masyarakat Turki.
Ribuan masyarakat Turki turun ke jalan menentang kebijakan Erdogan yang akan membangun ulang taman Gezi menjadi pusat perbelanjaan terbesar di Turki. Selain itu, pemerintah juga rencananya akan membangun gedung opera dan Masjid di tempat yang saat ini menjadi kebudayaan Ataturk.
“Masjid akan tetap dibangun disana, dengan atua tanpa persetujuan oposisi,” tegas Erdogan, seperti yang dikutip Huriyet Daily News.


Kebijakan Erdogan itu kemudian mendapat protes keras dari warga Turki, khususnya masyarakat sekuler Turki. Bagi masyarakat Turki  taman Gezi merupakan salah satu ruang hijau publik yang dimiliki mereka di Istambul. Selain itu, taman Gezi juga merupakan pusat budaya dan politik Istambul.
Demonstrasi yang berawal dari unjuk rasa lokal, meluas ke seantero Turki dan berubah menjadi demonstrasi anti pemerintah. Ribuan demonstran yang berasal dari 67 kota dinegara tersebut menyusung spanduk yang berisi kecaman terhadap Perdana Menteri Turki, Erdogan.
Warga meminta Perdana Menteri untuk melepaskan jabatannya karena dianggap akan merusak tatanan sekuler di Turki dan mengubahnya menjadi negara Islam. Negara Turki merupakan negara Muslim Sekuler yang Moderat.
Sepekan sebelumnya, Erdogan mengeluarkan kebijakan untuk membatasi alcohol dan kehidupan malam yang merupakan hiburan para turis di Turki, serta membatasi ruang bagi masyarakatnya mengumbar kemesraan di depan umum.
Selain itu, Erdogan juga dianggap sebagai pemimpin dictator. Menanggapi tuduhan tersebut, Erdogan merasa aneh dan bingung ia pun menjawab dengan enteng. “Mereka menyebut saya sebagai dictator berarti mereka memposisikan diri mereka sebagai budak,” ungkapnya, Merdeka.com.
Menurutnya juga, demonstrasi di Turki ditunggangi kelompok-kelompok tidak bertanggung jawab. “Partai Rakyat Republik dan pihak pembangkang lain berperan dalam peristiwa itu,” katanya ketika berbicara di sebelah Perdana Menteri Maroko, Abdelilah Benkirane Republika.co.id.
Penuturan tersebut diperkuat dengan pengakuan seorang demonstran yang mengaku diberi kaos dan masker oleh seseorang di sebuah perusahan periklanan ketika demonstarsi anti pmerintah itu berlangsung.
“Awalnya kami bergabung dengan demonstrasi untuk melindungi pohon-pohon, tidak ada yang politis,” kata pemuda bernama Selin Bayraktar. Viva.co.id
Begitu juga dengan pengakuan anggota parlemen dari CHP. “Protes ini akan berlanjut hingga taman selamat. Tapi ini bukan hanya soal taman, ini tentang rezim yang represif. Rakyat sudah muak. Mereka harus turun,” kata Ilhan Cihaner. Vivanews.com.
Sementara itu, Partai Rakyat Republik (CHP), yang merupakan partai oposisi terbesar di negara tersebut membantah pernyatan Erdogan. “Apa yang harus Erdogan lakukan bukanlah menyalahkan CHP, tapi mengambil pelajaran dari hal ini,” kata Anggota senior CHP, Mehmet Akif Hamzacebi.
Para pengamat Turki menilai bahwa unjuk rasa anti pemerintah di Turki ini merupakan bentuk keresahan dan kegelisahan kelas menengah Turki yang sekuler terhadap Erdogan yang Partai Keadilan dan Pembangunan yang berhaluan Islam.
Selain itu, pengamat politik di Turki Ceylan Ozbudak kepada Al-Arabiya mengatakan bahwa Perdana Menteri Erdogan bukan dictator. “Turki dipimpin oleh pemerintahan demokratis yang terpilih tiga kali,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa selama Erdogan mempimpin, Turki mengalami kemajuan yang pesat disbanding ketika di pegang oleh CHP, terlebih dalam hal ekonomi.
Ozbudak menjabarkan, tahun 2002, GDP per kapita hanya US$3.500, tahun ini dibawah kepemimpinan Erdogan, GDP Turki mencapai US$10.000. Ekspor meningkat menjadi US$114 miliar dari hanya US$36 miliar tahun 2002, dan diprediksi akan menembus angka US$500 miliar pada 2023.
"Sebanyak 206 bendungan baru dibangun, setiap kota kini punya universitas, dan wisatawan bertambah. Pendemo hanya meributkan beberapa pohon, sementara pemerintahan Erdogan telah menciptakan 900.000 hektar hutan baru di Turki," tambahnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu menyatakan bahwa kerusuhan di Turki telah mencemarkan nama baik negara Turki dimata Dunia. “Ini tidak akan membawa manfaat yang berguna, hal ini hanya akan menghancurkan reputase Negara kita di Kawasan dan dan Dunia,” jelasnya dalam akun jejaring twitternya. Shnews.co.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar