Selasa, 28 Januari 2014
Turki dan Suriah, Mengapa?
Hubungan Suriah dan Turki Kian Memburuk.
Turki merupakan negara yang paling keras dalam mengkritik segala bentuk kekejaman dan kebijakan Presiden Suriah, Bashar al Assad, dan juga merupakan salah satu negara yang mendukung intervensi terhadap negara konflik tersebut.
Penggunaan senjata kimia pemerintah Suriah dalam memusnahkan warganya beberapa waktu lalu, akhirnya Pemerintah Assad bersedia menyerahkan senjata kimia mereka. Penyerahan senjata kimia tersebut tidak terlepas dari desakan internasional terhadap kekejaman rezim Assad terhadap rakyat Suriah.
Penyerahan senjata kimia Suriah kepada Organisasi Pelarangan Senjata Kimia PBB (OPCW) pada awal oktober lalu telah sedikit memberikan udara segar bagi rakyat Suriah khususnya warga yang masih bertahan di Suriah.
Bagaimana tidak, penggunaan senjata kimia telah menewaskan secara keji warga Suriah yang tak berdosa dan perbuatan ini juga merupakan pelanggaran perang yang telah ditetapkan oleh organisasi internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Alasan demikian yang membuat Turki menga
mbil kebijkan baru dengan memperpanjang mandat pengiriman bantuan kepada oposisi di Suriah selama satu tahun kedepan.
Perpanjangan mandat yang dilakukan oleh anggota Parlemen Turki kepada Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan berlangsung dalam sebuah sidang yang berlangsung 3 Oktober lalu.
Selain alasan penggunaan senjata kimia oleh rezim biadab Assad, menjaga keamanan negara Turki juga menjadi alasan utama dari mandate tersebut, melihat bahwa posisi Turki bersebelahan dengan negri Syam ini.
Menteri Pertahan Turki Ismet Yilmaz, dalam keterangan pers membenarkan alasan tersebut. “Kondisi di Suria sama sekali tidak berkurang namun justru lebih meningkat,” jelasnya seperti yang dilansir BBCArabic.
Melihat kebijakn Turki, Suriah tidak tinggal diam. Presiden Bashar al Assad akhirnya bersedia membuka mulut soal kebijakan Turki yang akan memperpanjang mandate untuk memberikan bantuan kepada oposisi Suriah yang merupakan lawan perangnya.
Setelah bersembunyi beberapa waktu lalu, Presiden yang memimpin sejak 10 Juni 2000 lalu akhirnya angkat bicara. Melalui Halk TV, Assad menegaskan bahwa pihaknya akan membuat Turki mmbayar mahal atas kebijakan memberikan bantuan kepada oposisi.
Stasiun Televisi milik oposisi Turki itu menyiarkan hasil wawancaranya dengan Presiden Assad sesaat setelah Turki mengeluarkan kebijakan tersebut. “Saya percaya dalam waktu yang tidak lama lagi, teroris-teroris(kelompok oposisi) itu akan merugikan Turki,” ancam Assad, dilansir dari AFPI.
Sejak militer Suriah beberapa kali menjatuhkan roket dan mortir mereka ke wilayah Turki dan mengakibatkan korban jiwa, termasuk dari warga Turki, hubungan keduanya semakin memanas. Dibulan September lalu, Turki menembak pesawat tempur Suriah yang diketahui telah memasuki wilayah udara Turki.
Menurut Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu, penembakan yang menggunakan jet tempur F-16 milik Turki dan menembak Mi-17 milik tentara Suriah merupakan bentuk perlindungan terhadap kedaulatan negara dan keamanan masyarakatnya dari serangan-serang yang datang dari luar.
“Negara kami tidak akan membiarkan segala bentuk pelanggaran perbatasan wilayah kami,” tegas Davutoglu, Republika.co.id.
Sementara itu, tahun 2012 lalu, tentara rezim Assad menembak pesawat jet F-4 milik Turki ketika sedang melakukan operasi penyelamatan. “Sungguh kami tidak ragu bahwa Suriah sengaja menembak pesawat kami di wilayah udara internasional,” jelas Wakil Perdana Menteri Turki, Bulent Arinc, BBC.co.uk.
Semenjak perang di Suriah berlangsung, Turki kerap kali dilibatkan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Karena keberadaan negara Turki yang merupakan tetangga langsung negara Suriah menjadikan negara ini tempat persinggahan para pengungsi Suriah.
Dalam hal ini, Turki berharap adanya kerja sama negara-negara yang dijadikan tempat pengungsi para korban perang Suriah utnuk memberikan bantuan dan perlindungan selama situasi di Suriah masih belum kondusif.
Dalam pertemuan tingkat tinggi tentang solidaritas negara pengungsi Suriah di Jenewa, Swiss, yang berlangsung dari tanggal 30 September sampai 4 Oktober, Menteri Luar Negeri Turki Ahmet memberikan pidato untuk menarik simpati para kepala negara dalam memberikan bantuan kepada para pengungsi Suriah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar